Hamka
|
Antara scene paling diingati di dalam novel ini ialah:
Satu
petang Zainuddin berjumpa seorang tua di sawah ketika berjalan-jalan
setelah beberapa hari sampai di kampung bapanya. Tiada pembantu kerana
anak muda tidak mahu mengerjakan sawah. Bercerita sedikit tentang zaman
mudanya, si tua mengeluh, lebih kurang: "kalaulah kau merasai tua kelak.."
Hamka menulis/menerbitkan novel itu pada tahun 1938. Ertinya semasa saya membacanya si tua itu sudah lama meninggal. [ Hamka sendiri meninggal pada tahun 1981]
Sejak habis
pertama kali membacanya, saya terfikir, bagaimana menjadi dan merasai
tua? Sejak itu, novel tersebut entah berapa puluh kali saya baca. Cerita
dan bahasanya menarik. Pernah saya ceritakan secara bersiri [ketika
kelas tiada aktiviti] kepada pelajar Peralihan 1983 AlFalah akan kisah cinta
tragis Zainuddin dan Hayati yang terbalut dengan adat dan harta....Cinta Tidak Semestinya Bersatu!
Saya nyatakan apa yang difikirkan itu kepada emak. Seperti biasa emak akan kaitkan dengan akhir hidup dan alam di sana. "Tiada siapa," kata emak, dengan olahan bahasa saya, "boleh menjangkakan akan merasai tua tapi apabila sudah tua, barulah terasa tiba-tibanya".
Ketika itu saya tidak faham sangat. Saya hanya diam. Lambat lagi untuk menjadi tua!
Saya
terpempan. Menjadi tua? Saya tidak merasa apa-apa sebenarnya. Semua
kegiatan yang dilakukan sepuluh tahun lalu masih saya teruskan. Saya
tidak merasa lelah atau apa-apa.
Emak tidak
pun menunggu saya menjawab. Dikeluarkannya satu helaian kertas buku
tulis. Ditulisnya sesuatu dalam masa tiga empat minit. Dilipat elok
kertas itu dan menyerahkannya kepada saya. "Hang hafal elok-elok. Esok
lusa mak 'nak dengar!" katanya.
Saya hanya membuka kertas itu ketika pulang ke rumah.
Emak!
Di dalamnya
tertulis cantik sepotong ayat al quran, lengkap dengan baris diikuti
maknanya. Tidaklah panjang maka tidaklah mengambil masa yang lama untuk
melekatkannya dalam memori. Ketika yakin betul betul melekat, barulah
saya menghayati maknanya. Dua tiga kali membaca, mata saya bergenang.
Selain
maknanya, saya sebak mengingatkan emak. Benar kata emak dulu: tua itu
akan dirasa tiba-tiba. Kalau saya sudah tua, maka emak tentulah lebih
tua. Tua akan berakhir dengan......... Emak!
Pagi itu
saya ke rumah emak. Dua tiga kali melintas di depannya dan berbual
tentang hal lain. Kemudian dia menggamit saya agar mendekat. "Cuba hang
sebut tengok..."
Duduk di
depannya, dengan sekali nafas serta dengan yakin pula saya membacakan
ayat yang diberi. "Makna dia?" Saya sebut makna ayat itu tetapi
tersangkut-sangkut. Emak membetulkan. Emak memegang tangan saya. "Ingat na.
Amal selalu lepas sembahyang, sampai mati! Perturun kat anak-anak!"
Saya tak tipu, saya terus menangis. Saya cium tangan emak. Dia cium
ubun-ubun saya. Sesuatu yang asing kerana saya biasanya akan bersalam
dan mohon ampun pada pagi raya sahaja.
"Kat depa?" tanya saya dalam esak kepada emak. Depa maksudnya adik-adik saya.
"Depa tak tua lagi..." balas emak. Saya betul-betul menangis. "Hang tua 'dah...."
Sejak itu, emak sentiasa mengawasi saya.Sering bertanya adakah saya membaca ayat yang diberi itu. Ketika sakitnya, walau nampak saya tidak begitu mendekat, kalau sesekali tinggal berdua, dia selalu tanyakan soalan itu. Atau dia akan meminta bersekali saya bacakan Al-Ma'thurat yang memang disuruhnya saya hafal ketika masih solo dulu. Emak akan mengikut dalam hati, katanya. Malah dalam diamnya, ada isyarat yang saya kenal jika emak ingin saya membacanya. Itulah juga yang saya lakukan selain membaca yasin pada hari kematiannya.
Minggu ini,
genap 400 hari emak pergi. Saya masih mencari kertas tulisan emak itu
yang saya mungkin selitkan dalam buku-buku di rak. Ingin saya salin dan
serahkan pada anak-anak dan orang terdekat. Memang ada di dalam al
quran. Begitu juga dengan terjemahannya. Dalam internet juga ada. Namun
nilai kertas yang sekeping itu cukup tinggi bagi saya. Saya masih
mencari......
Ayat yang berupa doa itulah yang membuatkan hati sayu membaca lirik Ayah, Aku Mohon Maaf, ciptaan Ebiet. Setelah ditukar kepada Ibu, Aku Mohon Maaf, semuanya seakan terjadi dalam kisah emak: Emak pergi diikuti turun hujan lebat, sentiasa berharap emak mengampunkan kami, dengan emak sendiri membawa bekal. Dan paling menyentuh apabila tiba pada bait:
Emak aku berjanji akan aku kirimkan
Doa yang pernah engkau ajarkan kepadaku
Doa yang pernah engkau ajarkan kepadaku
Setiap sujud sembahyang engkau hadir terbayang
Tolong bimbinglah aku meskipun kau dari sana
Ayat yang emak berikan itu adalah dari surah Al Ahqaaf, ayat kelima belas:
وَوَصَّيْنَا الْإِنْسَانَ
بِوَالِدَيْهِ إِحْسَانًا ۖ حَمَلَتْهُ أُمُّهُ كُرْهًا وَوَضَعَتْهُ
كُرْهًا ۖ وَحَمْلُهُ وَفِصَالُهُ ثَلَاثُونَ شَهْرًا ۚ حَتَّىٰ إِذَا
بَلَغَ أَشُدَّهُ وَبَلَغَ أَرْبَعِينَ سَنَةً قَالَ رَبِّ
أَوْزِعْنِي أَنْ أَشْكُرَ نِعْمَتَكَ الَّتِي أَنْعَمْتَ عَلَيَّ
وَعَلَىٰ وَالِدَيَّ وَأَنْ أَعْمَلَ صَالِحًا تَرْضَاهُ وَأَصْلِحْ لِي
فِي ذُرِّيَّتِي ۖ إِنِّي تُبْتُ إِلَيْكَ وَإِنِّي مِنَ الْمُسْلِمِينَ
Dan
Kami wajibkan manusia berbuat baik kepada kedua ibu bapanya; ibunya
telah mengandungnya dengan menanggung susah payah dan telah
melahirkannya dengan menanggung susah payah. Sedang tempoh mengandungnya
beserta dengan tempoh menceraikan susunya ialah dalam masa tiga puluh
bulan. Setelah ia besar sampai ke peringkat dewasa yang sempurna kekuatannya dan sampai ke peringkat umur empat puluh tahun,
berdoalah ia dengan berkata: "Wahai Tuhanku, ilhamkanlah daku supaya
tetap bersyukur akan nikmatmu yang engkau kurniakan kepadaku dan kepada
ibu bapaku, dan supaya aku tetap mengerjakan amal soleh yang Engkau
redai; dan jadikanlah sifat-sifat kebaikan meresap masuk ke dalam jiwa
zuriat keturunanku. Sesungguhnya aku bertaubat kepadamu, dan
sesungguhnya aku dari orang-orang Islam (yang tunduk patuh kepadamu)".
Doanya bermula pada kalimat :
رَبِّ أَوْزِعْنِي أَنْ
أَشْكُرَ نِعْمَتَكَ الَّتِي أَنْعَمْتَ عَلَيَّ وَعَلَىٰ وَالِدَيَّ
وَأَنْ أَعْمَلَ صَالِحًا تَرْضَاهُ وَأَصْلِحْ لِي فِي ذُرِّيَّتِي ۖ
إِنِّي تُبْتُ إِلَيْكَ وَإِنِّي مِنَ الْمُسْلِمِينَ
"Wahai
Tuhanku, ilhamkanlah daku supaya tetap bersyukur akan nikmatmu yang
engkau kurniakan kepadaku dan kepada ibu bapaku, dan supaya aku tetap
mengerjakan amal soleh yang Engkau redai; dan jadikanlah sifat-sifat
kebaikan meresap masuk ke dalam jiwa zuriat keturunanku. Sesungguhnya
aku bertaubat kepadamu, dan sesungguhnya aku dari orang-orang Islam
(yang tunduk patuh kepadamu)".
Jika saya
tidak terjumpa kertas itu, semoga catatan ini tetap sampai kepada
anak-anak dan keluarga. Dan diamalkan hingga mati! Memang secara lisan,
akan saya beritahu, namun semoga ia akan tersebar luas...... Kadangkala
kita sekadar membaca.............
Emak, juga ayah, walau tak terucap aku sangat kehilangan, sebahagian semangatku ada dalam doamu.........
Emak Aku Mohon Maaf
Dan pohon kemuning akan segera kutanam
Satu saat kelak dapat jadi peneduh
Meskipun hanya jasad bersemayam di sini
Biarkan aku tafakkur bila rindu kepadamu
Walau tak terucap aku sangat kehilangan
Sebahagian semangatku ada dalam doamu
Warisan yang kau tinggal petua sederhana
Aku catat dalam jiwa dan coba kujalankan
Meskipun aku tak dapat menungguimu saat terakhir
Namun aku tak kecewa mendengar engkau berangkat
Dengan senyum dan ikhlas aku yakin kau cukup bawa bekal
Dan aku bangga jadi anakmu
Emak aku berjanji akan aku kirimkan
Doa yang pernah engkau ajarkan kepadaku
Doa yang pernah engkau ajarkan kepadaku
Setiap sujud sembahyang engkau hadir terbayang
Tolong bimbinglah aku meskipun kau dari sana
Sesungguhnya aku menangis sangat lama
Namun aku pendam agar engkau berangkat dengan tenang
Sesungguhnyalah aku merasa belum cukup berbakti
Namun aku yakin engkau telah memaafkanku
Air hujan mengguyur sekujur ke bumi
Kami yang ditinggalkan tabah dan tawakkal
Emak aku mohon maaf atas keluputanku
Yang aku sengaja maupun tak kusengaja
Tolong padangi kami dengan sinarnya sorga
Teriring doa selamat jalan buatmu emak tercinta
Kalaulah anda pula merasai tua kelak..........
No comments:
Post a Comment